0







 


Ketua

Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri

Berita Metropolitan – Sikap politik Ketua

Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri tentang calon yang akan

diusung pada pilkada DKI Jakarta masih menjadi tanda tanya. Terlebih,

PDIP sebagai partai yang memenuhi syarat untuk mengusung calon sendiri

di pilkada DKI memang punya banyak pilihan.



Namun, Megawati diyakini tidak sekadar

berpikir menang atau kalah dalam pilkada DKI. Berdasarkan penilaian

Ketua Bidang Otonomi Daerah Seknas Jokowi, Nazaruddin Ibrahim, Presiden

RI ke-5 itu pasti memikirkan kepentingan yang lebih besar ketimbang

sekadar memenangi pilkada di ibu kota negara.




“Bagi Bu Mega, pilkada DKI Jakarta tentu

bukan hanya persoalan menang-kalah, siapa yang tertinggi

elektabilitasnya atau berapa banyak keuntungan untuk menghadapi pemilu

2019. Tapi Megawati sedang  merawat Indonesia, merawat keberagaman yang

telah dengan susah payah dibangun oleh ayahnya, Soekarno,” ujar

Nazaruddin melalui layanan pesan singkat, Rabu (14/9).




Menurutnya, sangat disayangkan ketika

kontestasi pilkada DKI justru menggulirkan kutub dukungan yang

didasarkan pada ras dan agama. Yakni antara pihak pendukung Basuki T

Purnama alias Ahok denga penolaknya.




Karenanya Nazaruddin meyakini Megawati

sedang berupaya keras menerjemahkan Trisakti dan merawat kebhinnekaan,

termasuk agar jangan sampai kontestasi di pilkada DKI justru menumbuhkan

fundamentalisme, radikalisme, ataupun fanatisme berlebihan tentang suku

dan agama. “Megawati sedang berusaha membuang beban di pundaknya untuk

mencegah arena kontestasi menjadi ajang tumbuh dan berkembangnya

fundamentalis-radikal agama dan ras,” ulasnya.




Soal calon, kata Nazaruddin, bisa saja

Megawati memutuskan untuk mengusung Ahok. Tapi jika Megawati mengusung

Ahok, sambung Nazaruddin, maka ada implikasi serius.




Yakni pertentangan berbau SARA yang makin

frontal karena arahnya hanya akan ada kubu pendukung Ahok dan

penentangnya. “Pilihan ini merupakan pilihan buruk bagi keberlanjutan

toleransi, keberagaman dan harmoni, juga merupakan ladang yang subur

bagi tumbuh dan berkembangnya fundamentalis-radikal agama dan ras,”

ucapnya.




Namun, kata Nazaruddin, ada juga

kemungkinan Megawati mengusung calon lalin. Misalnya, mengusung kader

PDIP yang juga wali kota Surabaya, Tri Rismaharini dan menduetkannya

dengan Rizal Ramli yang juga mulai dilirik sejumlah partai politik.



Andai Megawati mengusung Risma, kata

Nazaruddin, maka kemungkinan besar akan ada tiga kubu pasang calon.

Yakni Ahok, Risma dan Sandiaga.




“Pilihan ini merupakan pilihan rasional

dan mendorong kegairahan rakyat ikut dalam kegembiraan kontestasi. Mega

bukan hanya telah memberikan pendidikan kepada rakyat tentang

kepemimpinan tapi juga telah memutus mata rantai freerider (penumpang

gelap, red) yang menggunakan pilkada sebagai media kontes

fundamentalis-radikal,” ujar Nazaruddin.



Ia menegaskan, pilkada DKI jangan sampai

justru menjadi kontestasi antara kubu pro-Ahok dengan anti-Ahok. “Tapi

tentang kita, tentang Indonesia dan Jakarta yang mempunyai jiwa tempat

wong cilik dapat hidup tenang dan berwajah humanis,” pungkasnya. (jpnn.com)





Source link



Posting Komentar

 
Top