Berita Metropolitan – Calon Gubernur DKI Jakarta dari Partai Gerindra, Sandiaga Uno
menyoroti banjir yang merendam kawasan Kemang pada Sabtu (29/8) kemarin.
Bahkan, Sandiaga menantang Gubernur DKI Basuki T Purnama untuk berlaku
adil menertibkan bangunan pelanggar aturan di kawasan Kemang.
Bahkan, tantangan Sandiaga Uno itu ditanggapi para netizen di media
sosial. Netter menantang balik Sandiaga Uno untuk membongkar hotel
miliknya di kawasan Kemang. Sandiaga Uno diketahui punyak bangunan hotel
yakni Grand Hotel Kemang dan Kemang Village.
@akun kurawa menulis Kalo sekarang sandi uno protes Ahok
soal banjir kemang gue akan pilih dia jika dia mau beli kemvil n
mansion kemang diubah jadi Taman. Akun @Rang_Hoki menulis bongkar aja
lah hotelnya, punya si @sandiuno inih, pasti rela dong dianya.
Dalam sebuah web biografi, diceritakan bagaimana Sandiaga Uno membangun jaringan bisnisnya. Ditulis di situ:
Sandi terlibat dalam banyak pembelian maupun refinancing perusahaan-perusahaan. Misalnya, mengakuisisi Adaro, BTPN, hingga Hotel Grand Kemang. Dari situlah, kepakan sayap bisnis Sandi melebar hingga kini.
Jika menilik sejarahnya, Kemang memang merupakan daerah yang
peruntukannya sebagai daerah resapan air dengan hunian terbatas. Kemang
adalah salah satu kawasan di Jakarta Selatan yang mengalami pembangunan
pesat tetapi tak sesuai peruntukan.
Gubernur DKI Jakarta Ahok
mengatakan, penyebab banjir di Kemang, Jakarta Selatan, adalah
terganggunya Daerah Aliran Sungai (DAS). DAS di wilayah tersebut sudah
berubah fungsi menjadi perumahan.
Namun, Ahok
mengaku Pemprov DKI tak dapat menggusur rumah warga, kafe dan hotel
yang berdiri di tepi Kali Krukut. Sebab, mereka memiliki izin serta
sertifikat hak milik.
“Kami lagi selidiki kenapa hotel bisa menempel di Kali Krukut. Kali
Krukut di zaman Belanda lebarnya 25 meter. Kenapa sekarang tinggal 5
meter? Sekarang (DKI) enggak bisa (gusur). Itu yang masalah. Kita enggak
mungkin bongkar. Hak milik semua,” ujar Ahok.
Dia menduga banyak warga menyerobot lahan kali saat musim kemarau. Kemudian mereka membuat sertifikat lahan. Ahok mengaku heran mengapa sertifikat itu dapat diterbitkan.
Namun, Ahok
tak mau membahas lagi alasan penerbitan sertifikat lahan dan izin
bangunan hotel di Kemang. Sebab, izin tersebut sudah terbit jauh sebelum
dia dan Jokowi menjadi gubernur.
“Ini kan kejadian-kejadian dulu (penerbitan sertifikat dan IMB). Kami
(sekarang) berusaha perbaiki. Bagaimana kalau sudah jadi sertifikat,
saya enggak mau berdebat bagaimana (mereka) dapetin sertifikat ya,” ucap Ahok.
Kini, Pemprov DKI hanya bisa merayu para pemilik agar mau menjual tanahnya ke pemerintah. Ahok mengatakan hal ini merupakan satu-satunya solusi banjir pada saat ini.
“Ya bongkar, beli (lahan). Kita mau selidiki, hotelnya dapat sertifikat
dari mana, dia punya kewajiban enggak? Ini mesti diteliti. Ini enggak
bisa diperkarakan, ada sertifikat apa yang mau diperkarakan,” tutur Ahok.
Oleh karena itu, dia meminta haters tidak asal mengkritiknya. Ahok justru menunggu saran dari para ahli dan pengkritiknya tentang langkah terbaik untuk menyelesaikan banjir Jakarta.
“Makanya saya tanya yang pintar-pintar ngomong normalisasi sungai
bagaimana caranya. Yang saya tahu ya lebarin, ya harus beli tanah, kalau
enggak ya dalamin (kali). Orang kritik saya kok di tengah kota pakai
sheetpile pakai beton. Kalau kamu pakai batu bronjong saja, kamu gali 1
meter roboh itu batu,” ucap Ahok.
Selain membeli tanah, kata Ahok,
membangun waduk atau tampungan air bisa menjadi solusi untuk mengatasi
banjir Jakarta. Namun untuk sementara ini, DKI membangun bronjong untuk
menanggulangi jebolnya tembok rumah warga Kemang. Bronjong merupakan
kotak dari anyaman kawat yang diisi oleh batu-batu di tepi sungai dan
berguna untuk menahan laju air. (amimazda.com @chirpstory.com))
Source link
Posting Komentar