0









Seminar mengenai

pluralisme yang digelar Vox Point Indonesia di Jakarta, Sabtu

(10/9/2016).

Berita Metropolitan – Intoleransi terhadap keberagaman dinilai masih sering terjadi di Indonesia.



Sikap intoleransi bahkan terjadi dan berkembang di tempat-tempat pendidikan, seperti sekolah dan kampus.



“Kampus saat ini justru jadi tempat persemaian intoleransi. Ini

tantangan serius dalam keberagaman yang tertuang dalam Pancasila,” ujar

cendekiawan Nahdlatul Ulama Zuhairi Misrawi dalam seminar mengenai

pluralisme yang digelar Vox Point Indonesia di Jakarta, Sabtu

(10/9/2016).



Salah satu contoh intoleransi, menurut Zuhairi, adalah hal yang

dilakukan Boby Febri Krisdiyanto, mahasiswa Universitas Indonesia (UI)

yang membuat video imbauan tak memilih Gubernur DKI Jakarta Basuki

Tjahaja Purnama atau Ahok pada Pilkada DKI Jakarta 2017.




Video tersebut dinilai berbau rasialisme. Hal serupa juga dikatakan Trisno Sutanto, aktivis dari Masyarakat Dialog Antar Agama (MADIA).

Menurut Trisno, anak-anak di sekolah negeri pada tingkat dasar, bahkan pendidikan anak usia dini, telah dibentuk generasi yang tidak peduli dengan orang lain.


Para siswa tidak diajarkan untuk memahami keberagaman. Akibatnya, para siswa tidak mendapat informasi yang memadai mengenai budaya, adat istiadat, atau agama lain.


Trisno juga menilai, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) sebaiknya melakukan pemantauan untuk mencegah berkembangnya sikap intoleransi di sekolah dan kampus.


Zuhairi mengatakan, pemerintah perlu mengambil langkah serius dalam mencegah berkembangnya sikap intoleransi yang berlawanan dengan ide-ide Pancasila.


Kerukunan umat beragama, menurut Zuhairi, adalah salah satu bagian dari tanggung jawab pemerintah.



“Nawacita ketiga adalah toleransi, dan itu bukan cuma cek kosong, itu

adalah cara kita untuk menagih Presiden Joko Widodo untuk menjamin

terciptanya toleransi,” kata Zuhairi. (kompas)






Source link



Posting Komentar

 
Top