0




Berita Metropolitan.com, Jakarta – Joko Widodo akan menjadi tokoh dengan tingkat elektabilitas tertinggi jika Pemilu Presiden dilakukan saat ini. Hal tersebut terungkap dalam survei yang dilakukan Centre for Strategic and International Studies (CSIS).



Direktur Eksekutif Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Philips J Vermonte mengatakan Jokowi mengalami kenaikan elektabilitas paling tinggi dibanding tokoh lainnya, yaitu 41,9 persen pada Agustus 2016.



Angka itu meningkat dibandingkan Oktober 2015, naik 5,8 persen dari 36,1 persen.



“Jokowi figur yang paling kuat di Indonesia,” kata Philips di kantor CSIS, Jakarta, Selasa (13/9/2016).



Selain Jokowi, kenaikan elektabilitas juga dialami oleh Ridwan Kamil dari 3,6 persen menjadi 5,5 persen.



Selain itu, Susilo Bambang Yudhoyono naik dari 4,8 persen menjadi 5,6 persen.



Philips menyebutkan, Prabowo yang dulu bersaing dengan Jokowi, kini kehilangan 3,7 persen dibanding tahun sebelumnya. Dari 28 persen, elektabilitas Prabowo turun menjadi 24,3 persen.



Basuki Tjahaja Purnama juga mengalami penurunan elektabilitas sebesar 0,9 persen menjadi 4 persen.



Menurut Philips, sebagian besar nama yang muncul memiliki pengalaman memegang kewenangan di eksekutif, baik sebagai pemerintah pusat maupun sebagai kepala daerah.



“Tren Indonesia akan mengarah ke sana. Capres akan lahir dari orang berpengalamn di bidang eksekutif, sebagai menteri atau kepala daerah. Ini menggantikan zaman dulu bahwa ya pimpinan jenderal, ketua partai yang belum tentu punya pengalaman eksekutif,” ucap Philips.



Philips menilai saat ini masyarakat Indonesia melihat visi misi dari calon Presiden. Selain itu, juga melihat pengalaman dalam memegang kekuasaan di pemerintah.



Survei CSIS dilakukan dengan sampel 1.000 orang yang tersebar secara proporsional di 34 provinsi. Secara acak warga yang dipilih telah miliki hak pilih atau berusia 17 tahun ke atas.



Penarikan sampel sepenuhnya secara acak dengan mengunakan metode penarikan secara multi-stage random sampling. Penarikan sampel mempertimbangkan proporsi antara jumlah sampel dengan jumlah pemilih di setiap provinsi dan memperhatikan karakter wilayah perkotaan dan pedesaan.



Pengumpulan data dilakukan pada 8-15 Agustus 2016 melalui wawancara tatap muka mengunakan kuesioner terstruktur. Hasil survei memiliki tingkat kepercayaan 95 persen dengan margin errro 3,1 persen.



Quality control terhadap hasil wawancara dipilih secara random sebesar 20 persen dari total sampel. (Sumber: Kompas.com).



Source link



Posting Komentar

 
Top