0









Berita Metropolitan – Pemerintah berencana membangun rumah bagi

nelayan pantai utara Jawa (Pantura) di kawasan perairan Natuna sebagai

perwujudan pembangunan pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan di

Indonesia.




“Hari Jumat besok saya ke Natuna untuk menyiapkan rumah-rumah andon

untuk nelayan dari Pantura yang akan menangkap ikan di sana. Kemudian

juga persiapan peletakan batu pertama,” kata Menteri Kelautan dan

Perikanan Susi Pudjiastuti dalam rilis yang diterima di Jakarta, Kamis

(21/07/2016).



Terkait rumah bagi nelayan Pantura tersebut, Menteri Susi

mengungkapkan bahwa hal ini merupakan bagian dari rencana pemerintah,

dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR),

untuk membangun kampung nelayan.



Sementara pihak KKP akan membuka fasilitas cold chain dan fasilitas

detensi untuk para tahanan dari kapal pelaku illegal fishing di Natuna.



Sekretaris Jenderal KKP Sjarief Widjaja menginginkan banyak nelayan

Pantura dapat melaut di kawasan perairan Natuna untuk lebih dapat

memberdayakan potensi sektor kelautan dan perikanan di Tanah Air.



“Yang pertama, kita ingin nelayan-nelayan di utara Jawa bisa menangkap di Natuna dan menjual ikan di Selat Lampa,” ucap Sjarief.



Sedangkan langkah kedua, ujar dia, adalah dengan mengembangkan sektor

perikanan budi daya antara lain komoditas ikan napoleon, kerapu, dan

rumput laut, dan dikembangkan pusat pelayanan terpadu.



Sementara rencana pemindahan kapal-kapal perikanan berukuran lebih

kecil dari 30 gross tonage (GT) meliputi 400 kapal dengan rincian 300

kapal untuk tahun 2016 dan 100 kapal untuk tahun 2017.



Sebelumnya, Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) mendorong

pengelolaan sumber daya perikanan di perairan Natuna yang menjadi

kawasan perbatasan RI, oleh pihak nelayan tradisional yang telah lama

bermukim di sana.



Menurut Sekjen Kiara Abdul Halim, dorongan untuk mengelola perikanan

di Natuna oleh nelayan juga memerlukan pelindung keamanan dan

keselamatan nelayan yang melaut.



Apalagi, ia mengingatkan klaim sepihak China di kawasan tersebut dan

pola kapal nelayan China yang dijaga oleh armada “coast guard” negara

Tirai Bambu tersebut.



Dia berpendapat bahwa apa yang terjadi berulang kali di Natuna yang

melibatkan kapal China yang diduga melakukan pencurian ikan menunjukkan

adanya persoalan utama yaitu masalah klaim wilayah kedaulatan, beserta

efektivitas pengelolaan wilayah penangkapan ikan oleh nelayan

tradisional Indonesia.



Untuk itu, lanjutnya, sudah seharusnya pemerintah melalui jalur

diplomatik ke seluruh anggota PBB (tidak hanya ke China) untuk melakukan

bentuk penegasan bahwa Natuna adalah wilayah kedaulatan Indonesia.



Sebagaimana diwartakan, Presiden Joko Widodo menginginkan Natuna

dibangun infrastruktur seperti “cold storage” (tempat pendingin) dan

sebagainya agar berfungsi sebagai pusat lelang ikan regional.



Menko Maritim Rizal Ramli mengungkapkan pemerintah mesti mempercepat

pengembangan sektor perikanan di Kepulauan Natuna karena selama ini

kapasitas tangkap hanya sekitar sembilan persen dari total potensi ikan

tangkap di wilayah itu.(rimanews.com)






Source link



Posting Komentar

 
Top