0





Berita Metropolitan – Survei terbaru Saiful Mujani Research

Consulting (SMRC) menempatkan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai

bakal calon Gubernur (Cagub) DKI Jakarta dengan tingkat keterpilihan

tertinggi meninggalkan nama-nama lainnya.

Menanggapi hasil survei tersebut, Analis Politik Universitas Nasional

(Unas) Jakarta, Ansy Lema, menganalogikan Ahok ibarat bola karet yang

semakin dibanting, makin melenting tinggi melesat naik popularitasnya.



“Kendati diserang dari berbagai penjuru dengan beragam isu, termasuk

kasus Sumber Waras dan Reklamasi Teluk Jakarta, elektabilitas Ahok tetap

tidak tergoyahkan, malah menunjukkan peningkatan. Karena itu, bisa

disimpulkan peluang Ahok masih cukup besar untuk memenangkan Pilkada

DKI. Sejauh ini belum terlihat ada pesaing yang tangguh,” ujar Ansy di

Jakarta, Minggu (24/7).



Ansy menilai, dukungan kuat terhadap Ahok bisa dipahami karena

sebagian besar warga Jakarta menilai Ahok memiliki kinerja yang baik.

Menurut dia, pemilih Jakarta yang notabene banyak pemilih rasional lebih

mengedepankan aspek kinerja sebagai pertimbangan utama dalam memberikan

dukungan pada calon.



“Isu-isu primordial semisal sentimen etnis dan agama tidak laku

sebagai jualan politik untuk menaik simpati dan meraup dukungan pemilih

Jakarta. Responden menilai sebagai Gubernur, Ahok menghadirkan kerja

nyata, bukan sekedar mengumbar janji,” tandas dia.



Kerja nyata tersebut, kata Ansy, antara lain bisa dilihat dari

beberapa program kerja Ahok yang bisa dirasakan langsung oleh masyarakat

Jakarta. Sebut saja, penanganan sampah yang mengakibatkan kali, sungai

menjadi bersih, demikian pula sampah-sampah di lingkungan pemukiman

warga tidak lagi dibiarkan dalam waktu lama baru diangkut.



Banjir yang menjadi momok bagi Jakarta, kini berkurang karena

penanganan drainase berjalan baik. Selokan di lingkungan kelurahan

selalu dibersihkan oleh PPSU.



Selain itu, Ahok juga membuka lapangan kerja bagi warga di setiap

kelurahan melalui pembentukan PPSU, PHL Taman, PHL Kebersihan, PHL Tata

Air dan sebagainya. Guru-guru honorer di Sekolah Negeri diberikan gaji

sesuai UMP. Ahok juga membentuk Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP)

untuk mengefektifkan pelayanan perizinan/non perizinan masyarakat dari

tingkat Provinsi hingga Kelurahan.



Membuka akses seluasnya bagi warga untuk mengadu/melaporkan hal-hal

yang perlu disampaikan ke Gubernur melalui qlue dan jakarta smart city.

Pengaduan langsung disampaikan ke Gubernur setiap hari kerja. Agar

efektif dan efisien, struktur birokrasi dirampingkan, sehingga bisa

menghemat anggaran.



Ahok juga cepat-tanggap mengganti pejabat yang dinilai berkinerja

lambat atau kurang optimal, dan tentu saja ia memperlihatkan sikap

konsitennya terhadap pemberantasan korupsi dengan membuat sistem

penerimaan dan pengeluaran APBD dengan sistem ekatalog, sistem e-budgeting untuk APBD.



“Ringkasnya, Ahok dinilai mayoritas responden sebagai pemimpin

cerdas, pekerja keras, tegas, bersih, berani dan dengan rekam jejak

mengagumkan. Tak mengherankan, angka kepuasan publik terhadap kinerjanya

mencapai 69 persen,” ungkap dia.



Jalur Independen dan Jalur Parpol



Ansy sendiri tidak terlalu mempersoalkan Ahok akan maju melalui jalur

perseorangan atau diusung parpol. Baginya, yang terpenting Ahok bisa

maju sebagai kontestan dalam Pilkada 2017 mendatang. “Warga Jakarta

rugi, jika sosok sebagus Ahok akhirnya tidak bisa maju,” katanya.



Lebih lanjut Ansy mengatakan, idealnya Ahok diusung Teman Ahok

melalui jalur perseorangan, lalu didukung sejumlah parpol. Namun, kata

dia hasil revisi UU Pilkada yang menetapkan sistem verifikasi faktual

bagi calon perseorangan, membuat jalur perseorangan menjadi semakin

sulit.



“Tentu ada saja pendukung Ahok yang kecewa jika Ahok maju melalui

parpol, namun saya yakin banyak pula yang berpikir sebaliknya,” ujar

Ansy.



Pihak yang kecewa, katanya, pasti ada. Kebanyakan pendukung KTP,

memberikan KTP mereka supaya Ahok tidak ditekan partai. Dan sudah sangat

berhasil, buktinya ada tiga partai, yakni Nasdem, Hanura dan Golkar

mendukung Ahok tanpa syarat. Jadi, misi warga mendukung independensi

Ahok sudah berhasil. Yang penting Ahok bisa maju.



“Dalam politik Pilkada, bukan hanya how to get power dan how to use power yang penting, tapi juga how to become a candidate,” kata dia.



Yang kini harus diupayakan, menurutnya, agar Ahok bisa mendapatkan

‘tiket’ untuk bertarung di Pilkada tahun depan. Jalur independen, kata

dia, mestinya dimaknai merupakan ‘kesempatan’. Maksudnya, lanjut Ansy,

kesempatan bagi rakyat menyuarakan aspirasinya.



“Kesempatan bagi seorang calon untuk membuktikan dirinya didukung dan

memiliki legitimasi kuat. Juga kesempatan bagi parpol untuk mengetahui

suara rakyat dan memilih apakah mau mendengarkannya atau tidak. Dengan

terkumpulkan KTP lebih dari sejuta, rakyat sebenanya sudah bersuara.

Legitimasi Ahok terbukti kuat,” ujar dia.



Ansy mengatakan, sudah ada tiga parpol, Nasdem, Hanura, Golkar, yang

bersedia mendengar dan mengikuti suara rakyat. Nasdem, Hanura Golkar,

kata dia, bersedia mencalonkan Ahok-Heru tanpa syarat.



“Tuntutan mereka hanya satu agar Ahok tetap menjadi gubernur seperti

sekarang yang independen terhadap apapun, kecuali terhadap kepentingan

rakyat,” tandas dia.



Terhadap kekhawatiran sejumlah kalangan bahwa jika diusung parpol

Ahok akan mudah disetir, Ansy meyakini hal itu tidak akan terjadi pada

Ahok. Menurutnya, Ahok adalah pemimpin berkarakter kuat yang tidak bisa

disetir oleh pihak manapun. Prinsip Ahok hanya taat pada konstutusi,

bukan pada konstituen, entah konstituen via jalur independen atau jalur

parpol.



“Ahok ya tetap Ahok, mau maju melalui jalur apapun, dirinya tidak

bisa disetir atau diatur-atur. Soal ini ia tidak perlu diragukan”, kata

Ansy.(beritasatu.com)



Source link



Posting Komentar

 
Top