0









Berita Metropolitan – Orang

kecewa ketika reshuffle kabinet tidak mengotak-atik Puan Maharani. Kata orang

Menko yang satu ini tidak terlihat prestasinya. Penempatannya hanya menunjukan

Jokowi berada dalam bayang-bayang Bu Mega.







Kabinet memang hak Presiden. Tapi jangan lupa, Presiden

tidak hidup di ruang hampa politik. Menempatkan Puan tetap pada posisinya salah

satu gunanya untuk menjinakan PDIP yang belakangan sering terlihat mirip

oposisi. Itu fungsi penting seorang Puan bagi kabinet Jokowi. Soal prestasi,

sepanjang tidak bikin ribet, ya masih dimaklumilah.










Tapi toh, Jokowi juga tidak mau dikatakan pasrah bongkokan

di hadapan PDIP. Buktinya dia juga tidak mencopot Menteri Rini Soemarno dari

jabatannya. Padahal orang-orang PDIP sejak lama ngotot minta Rini dipecat.










Pesannya jelas. Akomodatif oke saja. Sebab itu adalah

kesantunan politik. Tapi jangan sampai ada partai merasa berhak mengatur-ngatur

Presiden, sebab itu justru melewati kesantunan politik. Apalagi dilakukan

secara terbuka via media.










Dalam pergantian ini ada fokus yang jelas. Menteri-menteri

yang selama ini bikin gaduh dan saling perang komentar di media, banyak yang

dicopot. Sebab tampaknya, titik tekan Jokowi lebih pada sektor ekonomi.

Pembangunan ekonomi membutuhkan suasana yang adem dan tenang. Bukan yang banyak

keributan.










Itu syarat yang dulu diminta Prof. Widjojo Nitisastro ketika

menjadi arsitek pembangunan ekonomi jaman Orba : stabilitas politik! Sepertinya

syarat itu juga yang diajukan Menkeu Sri Mulyani hingga dia bersedia turun

gunung.










Saya rasa pertimbangan stabilitas politik itulah yang

membuat pilihan Menkopolhukam jatuh pada Wiranto. Selain senior, punya pengaruh

di berbagai kekuatan politik, Wiranto juga bisa dekat dengan faksi Islam garis

keras. Meski harus diakui, dia juga bermasalah soal isu HAM.










Tapi selain butuh ekonomi yang tumbuh maksimal, jangan lupa

rakyat butuh juga hiburan politik. Kadang diperlukan gonjang-ganjing agar hidup

jadi lebih hidup. Setidaknya untuk meramaikan medsos, biar tidak terlalu adem ayem.

Mana enak buka FB dan Twitter jika isinya foto selfie dan jualan online doang.










Nah, jadi kita tahu kan, kenapa orang model Ratna Sarumpaet,

Ahmad Dhani atau Jonru dibiarkan teriak-teriak dengan nada aneh sampai

sekarang. Parcayalah, hidup bukan hanya soal roti. Keberadaan Badut juga tidak

kalah pentingnya.







Saat perut kenyang, rakyat juga butuh tertawa. (heronesia.com)




Sumber:






Eko Kuntadhi 


 








Source link



Posting Komentar

 
Top