0







 




Berita Metropolitan

Kerusuhan yang pecah di Tanjung Balai, Sumatra

Utara, membuat beberapa rumah ibadah terbakar. Menurut pejabat setempat,

amuk massa dipicu oleh isu yang berkembang di media sosial.

Camat

Tanjung Balai Selatan, Pahala Zulfikar, mengatakan kemarahan massa

terjadi setelah seorang wanita keturunan Tionghoa memprotes suara azan

dan pengajian dari pengeras suara masjid di depan rumahnya.


Sempat

dilakukan pengamanan oleh polisi dan massa kembali pulang. Namun tidak

lama berselang, gerombolan warga menyerang vihara dan kelenteng. Total

ada sembilan rumah ibadah yang dirusak.


Menurut Zulfikar, kemarahan massa kian terprovokasi oleh isu tidak

benar yang diembuskan orang tidak bertanggung jawab di media sosial,

terutama soal protes atas pengeras suara masjid.

“Informasi di

lapangan meluas, muncul provokator. Dikatakan wanita itu melempari

masjid, imam diusir, menghentikan solat maghrib, itu semua tidak benar,”

kata Zulfikar kepada CNN Indonesia, Sabtu (30/7).


Pemerintah

kota lantas melakukan upaya untuk meredam amuk massa dengan cara

menghubungi satu per satu para penyebar isu di media sosial.


“Kami minta kepada akun-akun itu agar posting dihapus. Kebetulan kami kenal dengan pemilik akun tersebut,” ujar Zulfikar.


Namun

massa terlanjur terbakar emosi. Mereka bergerak menghancurkan rumah

ibadah umat Buddha. Tiga vihara dan enam kelenteng dibakar dan dirusak

massa.


Amukan massa baru berhenti sekitar pukul 4 pagi. Zulfikar

mengatakan, polisi telah menangkap para provokator dan penjarah rumah

ibadah. Tidak ada yang terluka dalam peristiwa ini.

Saat ini situasi di Tanjung Balai masih mencekam. satuan Brimob yang dibantu Angkatan Laut diturunkan untuk menjaga lokasi.


“Baru

kali ini terjadi lagi kerusuhan pasca 98. Tadinya warga rukun, namun

gara-gara masalah kecil [jadi timbul kerusuhan],” lanjut Zulfikar.(cnnindonesia.com)







Source link



Posting Komentar

 
Top