0









Berita Metropolitan – Kasus dugaan pengeroyokan menimpa Andrew Budikusuma (23) di

bus TransJakarta yang sebelum dipukul diteriaki ‘Ahok’. Ketua Tim

Pemenangan Ahok, Nusron Wahid geram dengan adanya kasus berbau rasial

ini.


Nusron mengatakan, kasus yang terjadi di Bus TransJakarta

tersebut menandakan masih adanya masalah Suku, Agam, Ras dan Antar

golongan (SARA) di Ibu Kota.


“Karena fenomena kejadian di

Transjakarta itu menandakan masih ada problem masalah SARA di Indonesia,

terutama di Jakarta,” kata Nusron saat ditemui di Kompleks Istana

Kepresidenan, Jakarta, Selasa (30/8/2016).


Nusron mengatakan,

meskipun Indonesia telah memiliki UU antidiskriminasi, namun perjuangan

tentang keindonesiaan masih belum selesai di negeri ini.


“Itu juga yang salah satu alasan saya mau capek-capek urusin Ahok, karena saya kepikiran dimensi keindonesiaannya itu,” katanya.


Nusron

juga menegaskan, orang boleh menilai tentang kinerja Ahok yang saat ini

menjabat sebagai Gubernur DKI. Namun pantang baginya untuk menyinggung

masalah SARA.


“Orang boleh bilang dia enggak becus kerja dan

sebagainya. Satu hal yang enggak boleh diserang, isu SARA, agama, etnis.

Kenapa? Karena itu adalah sunnatullah Indonesia. Keniscayaan Indonesia.

Yang namanya Bhineka Tunggal Ika, yang namanya Indonesia itu

multiagama, multietnis, itu adalah sunnatullah,” tegas Nusron.


Nusron

menyadari jika Ahok merupakan ‘sasaran’ empuk untuk dikritik, terlebih

Ahok merupakan Gubernur DKI yang mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI

lagi di Pilkada 2017. Ahok juga merupakan orang beretnis Tionghoa.


“Perjuangan

tentang keindonesiaan kita itu diuji, dan ujiannya apa? Ujiannya di

Ahok. Juga di Papua dan di tempat lain. Karena itu kita sedang diuji

keindonesiaan kita lewat Ahok. Sesungguhnya kita ini utuh tidak memahami

substansi Indonesia,” ujar Nusron.


Terlepas dari kasus

TransJakarta tersebut, lanjut Nusron, juga masih banyak dijumpai kasus

kekerasan berbau rasial, terutama di dunia maya.


“Kita juga

menjumpai, di YouTube mungkin bisa dilihat dan didengar statement

Bintang Pamungkas. Mungkin juga tokoh-tokoh yang lain mengenai masalah

China dan macam-macam. Ini yang enggak boleh,” katanya.


“Ketika

kita di Indonesia, kita harus siap bahwa di Indonesia itu ada China. Dan

China itu tidak beda dengan kita. Membedakan justifikasi tentang

ke-China-an orang berarti membedakan juga dengan ke-Jawa-an, ke-Batak-an

maupun ke-Padang-an. Saya emosi kalau bahas soal ini,” tambah Nusron.


“Kalau

memang orang masih mempersoalkan dimensi mayoritas minoritas, berarti

dia belum paham falsafah tentang ke-Pancasila-an. Ini kan orang

ditarik-tarik ke falsafah mayoritas minoritas. Indonesia tidak mengenal

mayoritas minoritas. Indonesia yang dikenal adalah bangsa Indonesia dan

yang disebut bangsa Indonesia itu adalah orang yang lahir di Indonesia

dan menyatakan dirinya sebagai warga negara Indonesia. Mau dia suku

apapun. Itu saja,” tambahnya lagi.(detik.com)






Source link



Posting Komentar

 
Top