0





Berita Metropolitan – Memang manusia itu

diciptakan dengan berbagai macam karakter. Dari karakternya itu, akan

mencerminkan bagaimana bersikap dan berperilaku. Pada suatu saat bisa

saja seseorang punya perilaku dan sifat yang aneh, namun hanya orang

lain yang bisa menilai dan dirinya sendiri sama sekali tak merasakan

keanehan dari perilakunya itu. Mereka itulah para pembenci AHOK





Fenomena ini banyak ditemui pada

orang-orang yang membenci AHOK, hingga secara mati-matian dalam

membencinya, sampai-sampai tak peduli lagi dengan rasa malu dan akal

sehat.





Orang-orang yang berperilaku seperti

demikian ini saya katakan bahwa mereka sedang mengalami kelainan jiwa.

Kelainan jiwa bukan berarti gila, namun secara psikologis mereka di

kekang oleh sebuah pemikiran dan perasaan yang salah dan menganggap

bahwa apa yang dipikirkannya itu benar menurut dirinya sendiri.





Terkait dengan keberadaan AHOK sebagai

pejabat incumbent Gubernur DKI, yang mana akan dicalonkan lagi untuk

periode yang kedua pada Pilkada tahun depan, tak sedikit kalangan yang

menderita kelainan jiwa dengan membenci AHOK secara berlebihan dan diatas

batas kewajaran.





Yang terpikir dibenak mereka adalah

bahwa AHOK harus disingkirkan dan tak boleh lagi menjadi figur pejabat

di negeri ini. Anggapan seperti ini jelas salah, sebab negara melindungi

hak politik setiap warganya dan punya hak yang sama untuk dipilih

sebagai pejabat negara sesuai dengan aturan dan undang-undang yang

berlaku.





Demikian juga halnya dengan AHOK.

Sepanjang AHOK berstatus sebagai sebagai Warga Begara Indonesia (WNI),

terlepas dari Suku, Agama dan Rasnya, maka AHOK juga berhak untuk

dipilih sebagai pejabat negara.





Persoalan AHOK dicurigai melakukan

perbuatan melawan hukum, misalnya korupsi atau penyalahgunaan wewenang

dll, itu adalah sebatas penilaian dan opini sebagian warga saja. Bila

memang ada bukti yang menyatakan bahwa AHOK telah melanggar hukum,

seharusnya bisa ditempuh pada jalur yang semestinya antara lain dengan

melaporkan kepada pihak berwenang, dhi Kepolisian, Kejaksaan atau KPK,

agar dapat diproses sesuai dengan hukum yang berlaku dan bukan dengan

menggunakan jalur politis yang seakan akan mendeskreditkan AHOK sebagai

pejabat yang berperilaku buruk.





Kalangan

yang membenci AHOK terbagi dalam beberapa segmen, antara lain adalah

para pejabat, baik di lembaga Legislatif, Eksekutif maupun Yudikatif,

juga figur yang dikenal oleh masyarakat luas antara lain, pemuka agama,

musisi, profesional dll.  Meski mereka adalah para pejabat negara dan

figur yang populer namun perilaku mereka yang membenci AHOK adalah juga

termasuk penderita kelainan jiwa. Mereka gunakan kesempatan dan

wewenangnya sebagai pejabat dan figur masyarakat dalam memberikan

pernyataan yang seolah menggiring opini negatif tentang AHOK.





Pembenci AHOK yang paling besar

jumlahnya adalah dari kalangan masyarakat biasa terutama para blogger

dan netizen. Sebagai netizen yang tergabung di berbagai media sosial,

mereka dengan sengaja menebarkan kebencian, dengan menulis status atau

share artikel yang intinya adalah menolak keberadaan AHOK dengan

berbagai alasan yang kadang dibuat-buat atau dicari-cari. Tak jarang

mereka membuat gambar, mengarang cerita atau membuat fitnah yang

disebarkan melalui akun mereka di media sosial.





Entah, setan apa yang telah menguasai

pikiran dan perasaannya, hingga setiap saat yang terpikirkan oleh mereka

adalah mencari cara apapun juga dengan tujuan demi menghentikan

perjalanan karir politik AHOK



.





Pada stadium yang paling parah, mereka

bahkan tak mampu lagi mengontrol emosi dan akal sehatnya dalam

memberikan pernyataan, baik melalui orasi maupun tulisan di media sosial

dan media lainnya.





Aneh juga mereka bukan? Kok bisa mereka

mempunyai perilaku seperti itu? Setiap waktu yang dipikirkan adalah

untuk membenci AHOK, tak ada lain. Mengapa mereka tidak menggunakan

pikiran dan akal sehatnya?





Untuk mengalahkan AHOK, semestinya

mereka mencari calon lain yang lebih hebat, bukan dengan cara membenci

dan menjelek-jelekkan seperti itu bukan? Ataukah mereka sudah putus asa

karena tak ada calon lain yang lebih hebat? Berbagai alasan mereka

gunakan untuk mendukung keinginan mereka dengan satu prinsip ‘ASAL BUKAN

AHOK’.





Bila

prinsip ‘ASAL BUKAN AHOK’ digunakan, maka justru akan membahayakan

negeri ini, sebab mereka tak peduli lagi dengan kualitas pemimpinnya.

Maksudnya adalah terserah saja siapa yang akan jadi pejabat, mau

korupsipun terserah saja yang penting bukan AHOK. Begitu kah cara mereka

berpikir?





Padahal yang sesungguhnya terjadi

adalah bahwa AHOK semakin kuat posisinya dan makin dipercaya oleh banyak

kalangan dan pendukungnya. Hal ini tentu akan semakin membuka

kesempatan bagi AHOK untuk lolos jadi Gubenur pada Pilkada DKI tahun

depan, apalagi bila PDIP secara resmi telah menyatakan dukungannya.





Kondisi AHOK yang kini makin di atas

angin, bukannya membuat  para pembenci AHOK menjadi sadar diri, malahan

justru sebaliknya mereka semakin menjadi-jadi. Mereka tak mau menerima

apa yang terjadi. Mereka tak mau menghadapi kenyataan yang ada. Hati

mereka telah dibutakan oleh pemikiran dan perasaan yang menyimpang. Di

dalam hati mereka telah menggelora api kebencian yang menyala-nyala dan

tak ada lagi yang mampu memadamkannya.





Bila sudah berada pada kondisi seperti

ini, para penderita kelainan jiwa ini tak akan mau mendengar pendapat

dan nasihat orang lain, dan mereka bersikap dan bertindak semaunya

sendiri.





Oleh sebab itu, sudah waktunya bagi mereka untuk memeriksakan kesehatan jiwa mereka ke psikiater terdekat, sebelum terlambat.. (myahok.com)



Source link



Posting Komentar

 
Top