0



China membangun pangkalan militer di Laut China Selatan untuk mengamankan wilayah yang mereka klaim.


Berita Metropolitan.comJakarta -Perairan Natuna, wilayah terluar yang terletak di ujung utara-barat Indonesia, kini sedang diincar oleh China. Sebanyak 30% perairan Natuna termasuk dalam ‘nine dash line’, atau 9 garis batas di Laut Cina Selatan yang diklaim China sebagai wilayahnya.



Ketika ada kapal nelayan China yang ditangkap TNI Angkatan Laut karena mencuri ikan pada Mei dan Juni lalu, pemerintah China membela nelayannya dengan argumen, perairan Natuna termasuk sebagai ‘wilayah penangkapan tradisional’ mereka.





Kemenko Maritim dan Sumber Daya menyatakan, Indonesia harus sangat waspada dengan pelanggaran kedaulatan yang dilakukan oleh China ini. Perairan Natuna adalah wilayah yang kaya, bukan hanya ikan saja yang diincar China dari kawasan ini.





Dalam peta sembilan garis batas di Laut Cina Selatan yang diklaim China sebagai wilayahnya, ladang gas terbesar milik Indonesia, yaitu Blok East Natuna (dahulu bernama Natuna D-Alpha), termasuk di dalamnya. 





Selain mengincar kekayaan ikan dan migas di Natuna, China juga ingin mengeruk keuntungan dari potensi pariwisata. Negeri tirai bambu itu juga mau menggunakan kawasan Natuna untuk kepentingan pertahanan.





“Bukan hanya ikan (yang diincar), kita lihat petanya. Ada kekayaan migas, potensi pariwisata, dan juga untuk pertahanan. Jadi ada 4 yang diincar. Kalau kita lihat peta wilayah yang diklaim China, ini Natuna D-Alpha ikut. Natuna D-Alpha itu punya cadangan gas yang bisa diambil 46 TCF (triliun kaki kubik), terbesar yang ditemukan selama 130 tahun kegiatan migas kita,” kata Tenaga Ahli Bidang Migas Kemenko Maritim dan Sumber Daya, Haposan Napitupulu, kepada detikFinance di Jakarta, Jumat (15/7/2016).





Haposan menjelaskan, Blok East Natuna memiliki cadangan gas hingga 46 TCF, empat kali lipat cadangan di Blok Masela. Sepanjang sejarah kegiatan eksplorasi migas di Indonesia, belum pernah ditemukan lagi cadangan gas sebesar itu.





“Selama ini kita belum pernah menemukan yang sebesar itu. Ini ditemukan tahun 1973, hampir setengah abad kita tidak pernah menemukan yang lebih besar lagi. Masela yang kita ribut-ributkan kemarin itu hanya seperempatnya. Tangguh, Duri, lebih kecil lagi,” ucapnya.





Di samping Blok East Natuna, China juga mengklaim Lapangan Dara, salah satu lapangan di Blok Sokang, yang memiliki cadangan gas sekitar 6 TCF. 






Haposan mengungkapkan, China sudah lama sekali mengincar wilayah Laut China Selatan, termasuk perairan Natuna milik Indonesia. Pada 2009, China sudah pernah mendaftarkan Laut China Selatan sebagai wilayahnya ke PBB. Tapi ditolak karena China tak bisa menjelaskan dasar hukum yang valid. 



“UNCLOS tidak menyatakan begitu. China sudah mengusulkan di tahun 2009, tapi mereka tidak bisa menyampaikan dasar hukumnya,” tuturnya.





Kini nine dash line yang diklaim China semakin tidak ada dasarnya setelah PCA memenangkan gugatan Filipina. Haposan berharap China tak merongrong kedaulatan Indonesia di Natuna lagi dengan adanya keputusan ini. 





“Kemudian sekarang Filipina protes, dibawa ke PBB, PBB kemarin memutuskan tidak ada alasan bagi China untuk mengklaim,” tandasnya. (detik/bnkri-1807).





Source link



Posting Komentar

 
Top