0



Berita Metropolitan – Juru Bicara Tim Pemenangan Ahok-Djarot, Ansy

Lema menilai pernyataan Habib Rizieq di muka umum yang mengajak dan

menghasut orang untuk melakukan kekerasan dan pembunuhan terhadap Basuki

T. Purnama alias Ahok merupakan bentuk hate speech. Secara eksplisit, kata Ansy, Habib telah menebar kebencian beraroma SARA, bahkan mengajak melakukan tindak kekerasan.



“Jelas tindakan tersebut melanggar hukum dan karenanya harus

dipidana. Kebebasan individu tidak bersifat mutlak. Kebebasan individu

ada batasnya, yakni dibatasi oleh kebebasan individu lainnya.

Prinsipnya, kebebasan individu tidak boleh mengancam kebebasan individu

lainnya,” ujar Ansy di Jakarta, Senin (17/10).



Karena itu, kata Ansy, kemerdekaan menyatakan pendapat tidak berarti

bisa bebas bicara apa saja. Dalam tatanan demokrasi, menurut dia,

prinsip kebebasan individu tidak boleh mengancam kebebasan individu

lainnya sebab demokrasi tidak hanya bersenyawa dengan kebebasan, tapi

juga dengan ketertiban dan keteraturan (Order beyond the freedom).



“Ini hakekat demokrasi yang bermartabat dan bertanggung jawab.

Apalagi, kita tahu bahwa sejatinya salah satu tujuan dasar negara

dibentuk adalah untuk melindungi hak hidup warganya, bukan justru

meniadakan hak hidup individu. Negara wajib menjaga hak hidup individu,”

tandas dia.



Ansy menegaskan, hak hidup adalah hak asasi yang melekat pada setiap

individu warga negara. Karena itu, negara wajib melindungi hak hidup

warganya yang merupakan amanat konstitusi.



“Maka, terhadap Rizieq yang telah secara jelas mengancam hak hidup

pihak lain, negara mestinya bersikap tegas terhadapnya karena ia telah

terbukti mengancam hak hidup individu lain. Negara tidak bisa

mendiamkannya, sebab mendiamkan sama dengan negara melakukan kekerasan

dengam pembiaran,” tutur dia.



Lebih lanjut, Ansy mengatakan ruang publik mestinya diisi gagasan dan

ide cerdas guna melakukan edukasi politik pada publik, bukan sebaliknya

menyemai benih-benih permusuhan dengan mengekaploitasi isu SARA.



“Adalah tanggung jawab semua pihak untuk melakukan edukasi politik.

Kualitas demokrasi ditentukan oleh sejauh mana rakyat mampu

berargumentasi secara cerdas dan etis,” ungkap dia.



Tantangan kita dalam membangun demokrasi hari ini, kata dia adalah mentransformasi masyarakat dari masyarakat percaya (believing society) menuju masyarakat menalar (reasoning/understanding society). Semakin banyak masyarakat menalar berarti mutu kualitas demokrasi kita makin baik.


“Ilustrasinya, jika binatang buas semisal ular ditakuti karena

bisanya, harimau karena taring dan cakarnya, badak karena culanya, maka

manusia disegani dan dihormati karena pemikiran dan hatinya. Jika

mengandalkan fisik dan kekerasan, manusia tidak mungkin bisa menaklukkan

binatang buas. Demokrasi mencegah perbedaan diselesaikan dengan cara

buas, tetapi dengan mengandalkan cara cerdas,” pungkas dia.(beritasatu.com)




Posting Komentar

 
Top