Berita Metropolitan – Kampanye menuju Pemilihan Gubernur DKI 2017 mulai menampilkan sisi hitamnya.
Yang sedang mempermalukan diri adalah kubu Anies Baswedan – Sandiaga Uno (ABSU) .
Mereka mulai terang-terangan menyerang Ahok dengan isu SARA
Ini misalnya jelas terlihat dalam halaman facebook Anies Baswedan – Sandiaga Uno (https://www.facebook.com/Anies-Baswedan-Sandiaga-Uno-1042598749191329/)
Sebenarnya ada banyak muatan yang cukup berwibawa di FB mereka itu.
Kubu ABSU misalnya memaparkan target, visi misi, mengucapkan selamat
tahun baru hijriah, mengajak shalat Jumat, mengajak shalat magrib,
memuat pernyataan Ridwan Saidi yang mengeritik pemimpin Jakarta
‘berisik’, berita bahwa Sandiaga Uno memperoleh gelar professor, video
cerita Anies tentang ayahnya, dan sebagainya.
Tapi rupanya kubu ABSU tidak cukup percaya diri untuk menarik dukungan kalau hanya dengan muatan-muatan positif tersebut.
Karena itu kubu ABS juga mengunggah rangkaian video sejumlah pemuka
muslim yang mengumandangkan kampanye agar umat Islam jangan memilih
pemimpin non-muslim dan bahwa pemimpin kafir akan membahayakan umat
Islam (yang ditampilkan antara lain: Buya Yahya, AA Gym, Irena Handono,
Khalid Basalamah, dan Felix Siauw). Mereka juga memuat ulang meme yang
menyindir bahwa Ahok tidak layak dipilih menjadi Gubernur DKI karena
‘belum disunat’.
Perilaku kubu ABSU ini memalukan.
Saya tidak mau berkomentar tentang Sandiaga Uno yang memang kurang
dikenal sepakterjangnya. Tapi kalau soal Anies, apa yang tampil di FB
ABSU ini seharusnya merupakan tamparan bagi integritas dia.
Anies adalah seorang tokoh yang selama ini menjadi teladan antara
lain karena kepercayaannya pada Demokrasi, perjuangan HAM, dan
pluralisme.
Anies adalah teladan bagi banyak anak muda yang percaya bahwa
Indonesia harus dibangun dengan semangat bekerja keras yang melibatkan
seluruh rakyat Indonesia terlepas dari kelas ekonomi, kelas sosial,
agama, suku, ras dan etnik.
Semua keteladanan Anies ini sekarang dihancurkan oleh kubunya hanya
karena satu hal: mereka ingin Anies menjadi Gubernur DKI dan untuk itu
ia harus mengalahkan Ahok. Masalahnya, karena mereka tidak yakin bisa
mengalahkan Ahok dengan standar-standar objektif, mereka menyerang
dengan isu SARA.
Saya yakin bahwa Anies sendiri tidak percaya dengan tafsir sempit
yang menyatakan umat Islam tidak boleh memilih pemimpin non-Islam.
Kepercayaan semacam itu sudah dibantah berulangkali oleh banyak ulama di
Indonesia maupun di dunia internasional. Dengan kapasitasnya sebagai
ilmuwan yang rasional, hampir tidak mungkin Anies percaya dengan doktrin
semacam itu.
Anies sendiri belum tentu kelakuan memalukan pendukungnya ini.
Mungkin saja ia terlalu percaya pada para operator lapangan yang memang
dibayar mahal untuk menyerang pesaing Anies.
Karena itu, bila Anies memang berintegritas, ia harus segera
memerintahkan kubunya untuk menghentikan kampanye yang memalukan dan
memecahbelah bangsa ini.
Jadi kita lihat saja, apakah Anies akan mulai menertibkan muatan-muatan dungu ini atau tidak.
Kalau dia diam saja dan serangan SARA kepada Ahok ini terus
berlanjut, kita semua tahu bahwa Anies adalah manusia biasa yang haus
kekuasaan. Memalukan, tapi begitulah adanya.
Respon dari Anies Baswedan atas tulisan di atas menyatakan setidaknya ada empat hal:
Pertama, Fanpage Anies Baswedan – Sandiaga Uno bukanlah medsos resmi
tim kampenye mereka. Menurut Anies, dia tidak tahu siapa yang mengelola
fanpage itu.
Kedua, Anies mengecam pengelola FB yang menggunakan isu agama dalam Pilkada DKI 2017, karena ia sendiri menolak isu SARA.
Ketiga, Anies menyatakan akan menjadikan ajang kampanye sebagai
‘festival gagasan’, yakni tempat di mana masing-masing kandidat
memaparkan gagasan tentang pengembangan Jakarta yang menyejahterakan
masyarakat.
Keempat, Anies dan Uno akan segera menertibkan berbagai akun medsos
yang menggunakan nama Anies namun isinya berseberangan dengan posisi
politik Anies dan Uno.
Apa yang dikatakan Anies tentu cukup menenteramkan.
Masalahnya, kita tahu Anies sebenarnya didukung kelompok-kelompok
yang suka menggunakan isu agama untuk tujuan politik sempit. Kita tahu
bagaimana sikap organisasi-organisasi seperti FPI, FUI ataupun kelompok
pkspiyungan dalam isu agama dan politik.
Karena itu banyak pihak sudah
mengingatkan Anies akan bahaya kampanye anti Kristen dan Tionghoa yang
mungkin akan digunakan organisasi-organisasi tersebut.
Kekuatiran itu kini terbukti. Dan Anies jadinya punya pekerjaan rumah membereskan perilaku picik sebagian pendukungnya ini.
Ini bukan pekerjaan mudah.
Kalau kita membrowse internet, kita akan menemukan banyak akun
Fanpage yang menggunakan nama Anies dan Uno. Fanpage yang saya kritik,
bernama Anies Baswedan – Sandiaga Uno hanyalah salah satunya, dan kini
secara resmi menyatakan bahwa “Ini bukan medsos resmi dari Anies – Uno”.
Celakanya, yang paling populer justru fanpage yang saya kritik itu.
Saya katakan ‘celaka’, karena fanpage inilah yang nampaknya dikelola
dengan sangat aktif dan aktif pula menggunakan isu agama. Fanpage lain
cenderung santun dan menunjukkan keunggulan, gagasan, program dan janji
Anies dan Uno. Sebelum menulis tulisan ini, saya menengok internet dan
menemukan nama-nama fanpage di bawah ini
- Anies Baswedan – Sandiaga Uno (disukai 17.008)
Anies Baswedan – Sandiaga Uno for Jakarta (disukai 95)
Anies Baswedan SAndiaga Uno – ASA For DKI Jakarta (disukai 7)
Anies Baswedan dan Sandiaga Salahuddin Uno (disukai 29)
Anies Baswedan-Sandiaga Uno (disukai 51)
Anies Baswedan-Sandiaga Uno untuk DKI (disukai 27)
Teman Anies Baswedan – Sandiaga Uno (disukasi 11)
ASA Anies Baswedan Sandiaga Uno Real Leaders (disukai 75)
Anies Baswedan & Sandiaga Uno (disukai 182)
Seperti Anda lihat, fanpage Anies Baswedan – Sandiaga Uno (yang saya
kritik) itu jauh lebih populer dibandingkan fanpage lainnya.
Ini bisa jadi mengindikasikan bahwa banyak pendukung Anies sebenarnya
memang memercayai isu-isu agama untuk mengalahkan pesaing Anis.
Anies sekarang sudah berjanji bahwa ia tidak membiarkan para
pendukungnya untuk menggunakan isu SARA untuk menyerang Ahok. Bila ia
penuhi janji itu, kita bisa membayangkan sebuah pertarungan yang sehat,
kompetitif dan objektif. Kalau tidak, kita akan tahu kualitas dan
integritas Anies.
(madinaonline.id/ade armando)
Posting Komentar