Berita Metropolitan – Gembira saya membaca berita bahwa Ahok meminta maaf atas ucapannya soal Al Maidah 51.
Saya merasa bahagia karena itu kembali menunjukkan dia memang tokoh
yang layak didukung. Selama ini saya tahu dia itu tegas, berani melawan
korupsi, bersih, berintegritas, pro pada pelayanan publik, dan visioner.
Kini saya tahu dia memang bijaksana dan rendah hati.
Meminta maaf untuk sesuatu yang bukan merupakan kesalahan Anda, sama sekali tidak mudah.
Ahok membuktikan dia bersedia melakukan itu, kendatipun dia tahu dia tidak bersalah.
Dia tahu, kontroversi soal Al Maidah ini menyebar gara-gara ucapannya
dipelintir dan dicabut dari konteks pernyataan utuhnya. Siapapun yang
menyaksikan dialog Ahok di Pulau Seribu itu akan tahu Ahok tidak sedang
menghina Islam dan tidak sedang mengkampanyekan dirinya.
Dia tahu ini,
dia cuma jadi korban kelompok-kelompok yang dengan sengaja menyebar
fitnah untuk menjatuhkan dia.
Dia tahu kalau dia meminta maaf, dia akan menjadi korban
bulan-bulanan para pembencinya. Dia akan dicap ‘penjilat ludah’,
‘penakut’, ‘pembohong’, dan sebagainya.
Dia tahu bahwa bagi sebagian orang yang berhati busuk, permintaan
maaf itu akan dijadikan bahan untuk menyatakan bahwa Ahok memang
menghina Islam.
Tapi toh, Ahok melakukan itu.
Bagi saya, ini menunjukkan kualitas dia sesungguhnya.
Pertarungan menuju Pilkada DKI 2017 ini memang sudah berlangsung di
jalan yang salah, karena adanya kelompok-kelompok yang sengaja membawa
isu SARA. Mereka terus mengadudomba bukan cuma warga DKI, tapi juga
bangsa Indonesia. Sebagaimana Pilpres 2014, Pilkada DKI 2017 ini pun
membelah masyarakat.
Karena itu, setiap kita seharusnya menghentikan peluang sekecil apapun ke arah pembelahan atas dasar ras dan agama.
Ahok melakukannya dengan meminta maaf atas ucapannya agar kontroversi
ini tidak berkelanjutan. Dia bisa saja terus bertahan. Dia bisa saja
melakukan serangan balik. Tapi dia tidak melakukannya.
Ahok memilih merendah, bersikap bijaksana dengan meminta maaf.
Menurutnya, mari sudahi kontroversi ini. Dia meminta maaf kalau dia
ternyata menyinggung keagamaan umat Islam, dan meminta semua warga ‘move
on’ ke arah masalah-masalah yang lebih riil bagi masyarakat Jakarta dan
bangsa.
Ada ungkapan Jawa: ‘Yang waras, mengalah’.
Dengan melakukan itu, Ahok memberi contoh bahwa kadang demi
kepentingan bangsa, Anda harus bersedia merendahkan diri. Kewarasan
semacam itu yang akan menyelamatkan bangsa.
Ahok tentu melakukan itu dengan harapan pihak lain pun melakukan hal
serupa. Komunikasi hanya akan bisa berlangsung baik kalau semua peserta
komunikasi bersedia melepaskan sebagian ego mereka untuk bertemu di
tengah.
Ahok sudah memberi teladan. Mudah-mudahan bangsa ini mau belajar darinya.(ade armando/madinaonline.id)
Posting Komentar