Berita Metropolitan.com, Jakarta – Ada perubahan sikap yang ditunjukkan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama.
Sekarang, dia tidak lagi bersemangat menjawab pertanyaan seputar Pilkada DKI 2017 yang dilontarkan wartawan.
Setiap pagi, pria yang dikenal dengan nama Ahok itu selalu disambut warga yang antre untuk melaporkan sesuatu kepadanya.
Antrean tersebut memanjang hingga pintu masuk ruang tamu Balai Kota DKI.
Sebelum bisa masuk ke Balai Kota DKI, Ahok harus melewati antrean warga tersebut. Itulah kebiasaan Ahok setiap pagi.
Saat masuk ke ruang tamu, wartawan dari berbagai media sudah bersiap di dekat pintu masuk ruang kerjanya. Ahok yang selesai meladeni warga pun langsung meladeni pertanyaan wartawan.
Dia berdiri di tengah, sementara kanan dan kirinya dipenuhi awak media yang siap dengan perekam suara.
Di depan Ahok, kamera berbaris merekam gerak-geriknya. Selanjutnya, Ahok akan menjawab dengan semangat pertanyaan mengenai program pembangunan Jakarta.
Pada Selasa (11/10/2016), misalnya, Ahok menjelaskan panjang lebar mengenai rencana penertiban bantaran sungai di Jakarta.
Dia juga tampak tegas ketika membahas rencana penutupan diskotek Mille’s karena kasus narkoba.
“Pokoknya kalau di dalam diskotek Anda ada yang pakai narkoba, ketemu dua kali, pasti kami tutup dan enggak boleh buka usaha sejenis lagi,” ujar Ahok di Balai Kota DKI, Jalan Medan Merdeka Selatan, Selasa.
Namun, Ahok berubah menjadi irit bicara ketika ditanya mengenai Pilkada DKI atau aktivitas politiknya.
Kemarin, dia sempat ditanya soal perjalanannya ke Blitar bersama Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
Dia juga ditanya mengenai kesannya setelah dikenalkan dengan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.
Ahok menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan singkat dan tampak tidak bersemangat.
“Ketemu Bu Risma juga bercanda-bercanda, teman begitu kan,” ujar Ahok.
Sebenarnya, aksi irit bicara ini semakin menjadi setelah pernyataan Ahok terkait surat Al Maidah ayat 51 menjadi polemik.
Pada siang hari di Balai Kota kemarin, dia ditanya mengenai penyerangan di rumah dinasnya di Taman Suropati.
Penyerangan itu diduga karena ketidaksukaan orang terhadap pernyataan Ahok soal kitab suci.
“Saya enggak tahu. Enggak tahu saya,” jawab Ahok sambil menggelengkan kepala.
Dia juga sempat ditanya mengenai target pemilihnya dalam Pilkada DKI 2017 nanti.
Hal ini untuk membandingkan target Ahok dengan pasangan cagub dan cawagub DKI lain yang sudah mulai bersafari politik.
Lagi-lagi, Ahok tidak mau berkomentar mengenai itu dan mengatakan, “Saya tidak tahu”.
Ahok juga sempat ditanya tentang sikap Wakil Ketua DPRD DKI Abraham Lunggana yang menolak mendukungnya, meski pimpinan partainya sudah menyatakan dukungan terhadap Ahok.
“Aku enggak tahu, kamu tanya sama mereka saja,” jawab Ahok yang lagi-lagi enggan berbicara.
Padahal, sebelum pertanyaan-pertanyaan terkait politik itu dilontarkan, dia masih semangat menjawab pertanyaan tentang sistem open data di Jakarta.
Ahok juga dengan senang hati menjelaskan kembali tentang aturan penutupan diskotek yang kini lebih kejam dari sebelumnya.
Dalam beberapa kesempatan sebelumnya, Ahok berkali-kali mengatakan kepada wartawan untuk tidak bertanya soal pilkada.
Ahok sempat mau menjawab beberapa pertanyaan soal Pilkada DKI. Namun, itu juga tergantung apa pertanyaannya.
Biasanya, dia akan menjawab jika pertanyaan tersebut bersifat tudingan yang membutuhkan klarifikasi darinya.
Salah satunya adalah pertanyaan mengenai kebijakan transjakarta gratis yang dituding bertujuan menggaet dukungan dalam pilkada.
Namun, tetap saja, penjelasannya tidak sepanjang ketika membicarakan program di Jakarta.
“Ya orang mau ngomong apa sajalah. Kalau begitu aku kasih (tarif) Rp 3.500 buat warga Tangerang, Depok, Bekasi, agar warga Tangerang, Depok, Bekasi pilih saya dong?” ujar Ahok.
Bicara pilkada tanpa seragam dinas
Pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio, mengatakan bahwa kontroversi pernyataan Ahok tentang surat Al Maidah ayat 51 harus dilihat dalam konteks yang lebih luas.
Menurut dia, respons terkait pernyataan itu harus menjadi pembelajaran bagi Ahok agar tidak bicara soal pilkada selama melakukan kegiatan gubernur.
“Ahok harus membiasakan diri membicarakan pilkada tanpa seragam dinas dan di luar kegiatan dinas,” ujar Hendri.
Menurut Hendri, Ahok memang harus hati-hati. Posisinya sebagai bakal calon gubernur petahana membuat gerak-gerik serta pendapatnya mendapatkan sorotan dari banyak orang.
Salah sedikit, dia akan langsung menjadi sorotan. Padahal, penetapan cagub dan cawagub DKI belum dilakukan.
Semua pasangan calon masih berstatus bakal calon gubernur dan bakal calon wakil gubernur.
Hendri mengatakan, kehati-hatian Ahok harus ditingkatkan setelah KPU DKI menetapkan mereka sebagai cagub dan cawagub DKI.
“Ahok harus hati-hati. Saat kompetisi sudah resmi dimulai, dia harus hati-hati bicara juga,” ujar Hendri. (Sumber: Kompas.com).
Posting Komentar